Sunday 8 March 2015

YANG KU TAHU TUHAN KITA TAK PERNAH TIDUR PART.II
Cerpen Karya Nurasiyah
 
Kutub utara dan selatan seakan bertukar, aku tak kuasa menahan buliran air mata yang dari tadi ingin kutumpahkan, aku memeluknya diatas ranjang pasien. Ku teteskan air mataku tepat di dadanya,berharap ia merasakan keinginanku juga sama dengannya.
“kami mengijinkanmu, Angki. Rasakanlah bahagiamu sebelum itu tak bisa kau rasakan lagi.” Jawab orang tua Angki dari balik pintu masuk ruangan.
“tidak Bu, aku tahu ini menyalahi aturan Tuhan.” Angki menjawab.
“ tapi apakah Tuhan tak menginginkan bahagia untuk setiap pengikutnya?”

Aku tahu orang tua Angki berkata seperti itu karena umur angki terbatas lagi, aku tahu hasil diagnosa dokter itu, dia memvonis Angki menderita kanker Tulang. Pantas saja dari dulu ia selalu mengeluh ngilu disekujur tubuhnya. Semuanya terjawab.
“aku permisi pulang” aku mengarah ke arah pintu keluar.
“kau mau kemana nak, tak maukah kau menemani Angki malam ini?”
“tapi…”
“sudahlah, tetap disini. Kami pamit pulang dulu” mereka beranjak pergi.

Entah apa yang kurasakan, apakah aku bahagia atau merasa sedih dengan situasi ini. Aku telah mendapat restu. Tuhan, jika aku engkau takdirkan dengan Angki, ku mohon dengan segala kuatku, bahagiakan kami dengan segala waktu yang tersisa.
“sini sayang” Angki memanggilku.

Dia memanggilku sayang, untuk pertama dan kuharap ini bukan terakhir kalinya dia menyapaku dengan panggilan mesra itu.
“malam yang indah, ku harap malam ini menjadi saksi bisu kebahagiaanku. Sayang, kau tahu Tuhanku berbisik padaku jika malam ini akan menjadi malam yang menyatukan kita berdua. Mohon bawa aku ke taman dekat tempat beribadah kita berdua.
“aku menolaknya” jawabku dengan tegas.
“ini terakhir kalinya” jawabnya

Mendengar perkataan itu sontak membuat aku untuk mengaminkan permintaan dari Angki. Malam itu ku bawa dia kesana tanpa sepengetahuan ayah dan ibunya. Aku takut dosa, namun entah mengapa aku lebih takut kehilangannya, aku tahu ini salah, bahkan sangat salah.
“aku ingin menghabiskan malam ini disini, bersama genggaman tangan yang selalu memberiku kehidupan setiap kali aku berada di dekatnya , itu kamu” dia menunjuk ke arahku.

Aku selalu tersenyum, bahkan sesekali menyandarkan kepalaku di pundaknya, aku tahu pundaknya tak sekuat dulu. Aku ingin selalu seperti ini, dua bulan yang lalu, waktu kebersamaan kami seakan terbuang percuma dan saat ini Angki membayarnya.
“terima kasih, Angki” kataku
“untuk apa?”
“untuk semua keindahan cinta yang selalu kau suguhkan hingga malam ini, terima kasih untuk semua cinta dan pengorbanan yang selalu kau lakukan, aku ingin sekali meminta kepada Tuhanmu agar aku dan kamu dapat Dia restui”
‘‘tenanglah sayang, kau tahu, Tuhan kita sedang rapat besar-besaran bersama malaikat dan yang lainnya untuk membicarakan nasib kita berdua. Lihatlah betapa istimewanya cinta kita” dia mencoba menenangkanku dalam dekapnya.
“semoga saja” jawabku.

Aku bersandar agak lama, aku tak merasakan detak jantung Angki lagi. Entah siapa yang mencurinya. Ku coba membangunkannya namun tak ada perlawanan dalam dirinya. Dengan sekuat tenaga kubawa Angki ke rumah sakit, lagi dan lagi dokter itu yang memeriksanya. Aku menunggu di ruang tunggu diantara orang yang lalulalang mencari ruangan sanak saudaranya yang sakit.
“ apa yang terjadi” Tanya orang tua Angki.
“Angki tak sadarkan diri, di taman tante.”
‘‘kau membawanya keluar tanpa izin kami?”
“ tapi itu permintaan Angki, tan !”

“dasar bodoh, kau tahu Angki tak boleh kena angin malam, itu berpengaruh pada kesehatannya”
Aku terdiam, aku seperti dihakimi karena kasus berat, seakan aku melakukan percobaan pembunuhan pada kekasihku sendiri. Dokter keluar dari ruangan, seakan menjelma menjadi malaikat pencabut nyawa. “Angki sudah pergi” katanya.

Orang tua Angki melangkah masuk ruangan, sementara aku tak ada yang mempedulikan. Aku hanya menangis terisak di atas kursi tunggu. Tak ada yang bisa ku lakukan, bahkan saat jasad Angki tak bisa ku sentuh lagi, orang tuanya melarangku, mereka menerka bahwa aku penyebabnya.
Malam yang mencekam, jariku tak dapat menyentuhmu lagi malam itu, Angki. Bahkan untuk mengucapkan selamat tinggal itu tak dapat tersampaikan lagi.
angki, selamat jalan sayang :)

Pagi yang mendung, aku merasa alam juga bersedih karena kau tinggalkan. Angki aku ingin menyampaikan rasa belasungkawa Tuhanku padamu. Ku ikuti rombongan pelayatmu menuju singgasana terakhir, tempatmu tertidur hingga surga untukmu selesai dibangun. Aku menunggu hingga semuanya sepi, hanya ada fotomu di atas pusara.
Aku tahu jiwamu telah tenang, namun aku merasa kau selalu mengikutiku kemana pun langkahku beranjak. Angki ,

“kekasihku tenanglah disana, maafkan aku tak bisa menciptakan malam yang indah untukmu” jawabku seraya menciumi pusaranya. Sayang, aku titipkan surat untukmu semoga angin senantiasa menyampaikannya padamu ketika kau telah berada di surga.

Teruntuk kekasihku, Angki.
sosok yang paling kusayangi, semoga kau membacanya dengan senyum di surga.
Kekasihku yang terhebat, terima kasih untuk tiga setengah tahun ini. Terima kasih telah mengajariku bahagia di atas perbedaan yang ada. Ketika kau baca surat ini, ku yakin kau telah duduk manis di surga yang Tuhanmu selalu janjikan. Kekasihku yang kucintai, maaf aku tak bisa mengantarmu ke pusara terakhirmu, itu karena orang tuamu mengira aku penyebab kau menghadap Tuhanmu secepat ini. Kekasihku, aku tahu saat dalam peti kau merasa sangat sempit, kau yang selalu mengajariku bahwa dunia sangatlah luas, mungkin kini teorimu itu telah berubah. Ku harap kau tak tersiksa di dalam peti itu, untunglah kau agak kurus jadi kau agak leluasa di dalamnya, sayang.

Kekasihku yang berbaik, aku berharap Tuhanmu dan Tuhanku sedang bekerja sama menjadi arsitek untuk menciptakan surga untuk kita dapat menyatu nanti, walau aku masih bertanya, akankah Tuhanmu dan Tuhanku menjanjikan surga yang sama untuk kita?. Sayangku, sampai saat ini aku masih belum percaya akan kepergianmu, aku begitu berat melepasmu saat ini. Bahkan aku butuh waktu seumur hidup untuk melupakanmu.

Kekasih, kau tahu..semenjak kepergianmu, aku sudah tak takut mati, karena aku tahu kau sedang menungguku di surga itu. Aku tak ingin membenci dunia dan isinya, karena tak pernah mengizinkan orang yang melipat tangan dan menadahkan tangan saat berdoa menyatu dalam ikatan cinta yang suci.

Sayangku, kau perlu tahu, sejauh apapun surga dan dunia itu, aku tak pernah peduli. Aku selalu menjagamu dari jauh, mengirimkan setiap kata sayang bersama angin dan ku harap semoga angin itu menyampaikannya.

Tenanglah sayangku, kekasihku, aku selalu mencintaimu hingga bumi tak bermentari lagi, hingga malam tak berbintang lagi, atau bahkan ketika aku telah dimiliki orang lain, aku akan selalu menyimpan rasa cintaku padamu di sudut hatiku, lalu akan ku kunci agar tak ada yang bisa mengganggumu.

Surat dari kota cinta, aku dan bersama kenangan kita. Hati-hati dalam perjalananmu menuju surga, kelak jika kau telah sampai, Tuhanmu akan memberikan surat cinta ini. Aku mencintaimu sayangku.
Dari yang terkasih dan selalu mencinta, Aku.

Tuhanku Yang Maha Pencipta cinta, mohon bujuk Tuhannya agar Cinta kami bisa menyatu, walau engkau tak izinkan raga kami untuk bersatu, aku mohon !

kekasih, senyummu akan terus terbayang,
dari wanita yang selalu menadahkan tangannya
berdoa agar kau cepat sampai di surga kita, aku !
 
Baca Sambungannya :
Nama : Nurasiyah
Twitter : @asiyah_remuk

No comments:

Post a Comment